Minggu, 20 Desember 2015

Warna Kulit sebagai Tingkat Kecantikan Perempuan



Menurut Daljoeni, Ras adalah suatu kategori tertentu dari sesorang yang bias superior maupun inferior, yang ditandai oleh karakteristik fisik, seperti warna kulit, tekstur rambut, dan lipatan mata. Daljoeni juga menambahkan bahwa pengelompokan manusia berdasarkan karakteristik biologis, misal: kaukasoid, mongoloid, negroid , australoid dan indian. Menurut Frederich Barth (1988) istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok tertentu yang karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya. Sedangkan Fakih (2006: 71) mengemukakan bahwa gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural.
Kata perempuan berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu per-empu-an. Per itu berarti makhluk, Empu berasal dari kata Sansekerta yang berarti mulia, berilmu tinggi, pembuat suatu karya agung. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu pe.rem.pu.an [n] (1) orang (manusia) yg mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui; wanita; (2) istri; bini: — nya sedang hamil; (3) betina (khusus untuk hewan). Dari definisi-definisi perempuan diatas, dapat kita lihat bahwa perempuan memiliki ciri-ciri tersendiri serta memiliki watak atau karakter yang menggambarkan seorang perempuan.
Seiring berkembangnya zaman, definisi perempuan memiliki penambahan makna. Yang semula perempuan itu dilihat karena mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, dan sebagainya, kini warna kulit juga dapat mempengaruhi tingkat kecantikan seorang perempuan. Dan bahkan banyak anggapan, terutama dari kaum laki-laki, perempuan itu dikatakan cantik tergantung dari warna kulit mereka. Kebanyakan orang memandang, bahwa perempuan yang berkulit putihlah yang paling cantik, meski kenyataannya tidak sedikit pula laki-laki yang menyukai perempuan berkulit gelap.
Berdasarkan ras dan keturunannya, warna kulit dapat dibedakan menjadi 5 macam. Ada ras Negroid, ras Kaukasoid, ras Australoid, ras Mongoloid, dan ras Ainu. Dari 5 macam ras itu memiliki warna kulit yang berbeda, seperti pada ras Negroid yang warna kulitnya hitam, ras Kaukasoid dengan kulit putih, ras Australoid dengan kulit yang juga hitam seperti pada suku Aborigin, ras Mongoloid dengan kulit kuning langsat sampai sawo matang, serta ras Ainu dengan warna kulit cokelat agak terang.
Orang Asia yang sebagian besar dengan ras Mongoloid, khususnya Indonesia rata-rata memiliki kulit yang berwarna kuning langsat sampai sawo matang, tidak putih, tidak pula gelap. Tapi anggapan orang mengatakan bahwa warna kulit kuning langsat inilah yang dikatakan putih, sehingga kulit yang berwarna gelap dikatakan hitam.
Warna kulit terkadang menjadi penentu bagi perempuan dalam berpenampilan. Tidak hanya soal memilih warna baju yang pantas, warna kulit juga seringkali dikaitkan oleh urusan merias wajah, misalnya memilih warna lipstik yang cocok dengan warna kulit. Perempuan yang memiliki kulit terang memilih baju dan riasan wajah yang cenderung calm dan soft. Sedangkan perempuan yang berkulit gelap memilih warna baju dan riasan wajah yang relatif lebih terang untuk membuat penampilannya kontras. Dengan begitu, dapat menambah rasa percaya diri perempuan.
Laki-laki kebanyakan menyukai perempuan yang tinggi, dan berkulit putih. Mereka beranggapan bahwa perempuan yang cantik itu yang seperti itu, sehingga tidak sedikit perempuan yang berkulit gelap merasa minder dan kurang percaya diri. Tidak sedikit perempuan berkulit gelap yang selalu dikesampingkan oleh masyarakat. Mereka seringkali mendapat ejekan dari sekitarnya karena memiliki kulit yang tidak putih. Meski tidak semua perempuan mengalami itu.
Akan tetapi ada beberapa tipe laki-laki yang menyukai perempuan berkulit gelap, karena menurut mereka kulit gelap itu seksi dan eksotis. Sesungguhnya standar kecantikan yang ditetapkan ras kaukasian bagi perempuan adalah perempuan berkulit gelap. Perempuan berkulit putih dinilai sebagai wanita pasif yang kurang bisa bergaul, sehingga mendapat kulit pucat akibat kurangnya sinar matahari. Pesona kulit hitam membuat perempuan ras kaukasian rela membayar mahal untuk menggelapkan kulit dengan bantuan panas buatan. Sehingga ada anggapan, bahwa pesona kulit hitam menampilkan perempuan yang aktif dan senang bergaul, menandakan kepribadian yang ramah. Laki-laki dengan pemikiran barat di negara ini pun jauh lebih tertarik dengan pesona kulit hitam, yang mencerminkan keanggunan  tersendiri.
Jadi karena hal tersebut, bukan hal aneh lagi jika laki-laki di Indonesia sendiri pun ada yang menyukai perempuan berkulit gelap, walaupun tidak begitu banyak. sayangnya perempuan di Indonesia jarang sekali yang menyadari akan hal itu. Mereka kerap merasa malu dengan kulit gelapnya, meski tak dapat dipungkiri, seberapa tahan pun seorang perempuan dihina mengenai warna kulit mereka, mereka akan sakit hati dan akan sulit untuk memikirkan hal positif bagi mereka.
Perempuan cenderung lebih sensitif jika itu mengenai warna kulit. Mereka kurang percaya diri dengan penampilan mereka jika ada yang mengatakan bahwa mereka hitam. Ditambah lagi dengan adanya iklan-iklan produk kecantikan yang memakai model berkulit putih. Hal ini semakin menekankan bahwa hanya perempuan berkulit putihlah yang paling cantik. Sedangkan perempuan dengan kulit hitam itu kurang cantik, dan harus membeli produk kecantikan seperti pemutih. Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hampir setiap laki-laki mengidam-idamkan perempuan yang putih. Hal ini dapat menjatuhkan mental para perempuan berkulit gelap.
Jika kita melihat lagi, sebenarnya kecantikan itu tidak dibedakan dari warna kulit saja, akan tetapi masih ada faktor lain yang dapat membedakan kecantikan seseorang. Seperti halnya kebaikan. Apa yang lebih baik? Memiliki warna  kulit yang gelap atau memiliki hati yang gelap? warna kulit yang gelap masih bisa diterima jika seorang perempuan mau merawat kulitnya. Kulit gelap tidak masalah, yang penting perempuan itu menjaga kebersihan dirinya. Jika setiap perempuan menyadari akan hal itu, maka baik perempuan berkulit putih maupun perempuan berkulit gelap, itu tidak akan menjadi masalah.
Kulit hitam sebenarnya memiliki keuntungan tersendiri. Menurut penelitian, kulit hitam lebih tahan berkali-kali lipat terhadap buruknya sinar ultraviolet matahari, karena banyaknya pigmen yang terkandung berfungsi sebagai pertahanan terhadap sinar UV. Ini menyebabkan orang berkulit gelap beresiko amat kecil terserang kanker kulit, sementara kulit putih justru sebaliknya. Pesona kulit hitam ternyata juga menjadikan pemiliknya lebih kuat dan tahan banting.
Oleh karena itu, jangan menilai seseorang dari warna kulitnya, tetapi nilai juga budi pekertinya. Karena percuma saja memiliki warna kulit yang terang, berparas cantik, tetapi tidak memiliki budi pekerti yang baik, kesempurnaan itu akan sia-sia. Karena sebenarnya tidak ada manusia yang sempurna, perempuan yang berkulit putih boleh saja merasa cantik jika dia memiliki budi pekerti yang baik. Akan tetapi yang berkulit hitam, tidak perlu berkecil hati, karena sesungguhnya perempuan berkulit hitam pun memiliki keunggulan tersendiri. Sehingga warna kulit yang putih tidak dapat dijadikan parameter bagi perempuan yang berparas cantik. 
  

Sumber :

Samba Sunda



Sambasunda adalah kelompok musik tradisi, kreasi, dan kontemporer yang garapan-garapannya mengakar pada seni tradisi Indonesia. Aktivitasnya mencakup produksi rekaman, pelatihan, pertunjukan serta konservasi musik tradisi. Ruang lingkup aktivitas Sambasunda lebih banyak menampilkan karya musikal. Namun tidak hanya itu, Sambasunda sering pula melibatkan garapan-garapan seni pertunjukan lain, seperti tari dan teater.
Sambasunda didirikan oleh Ismet Ruchimat, dkk. Pada tahun 1990 di Bandung. Bandung yang merupakan menjadi pusat kebudayaan Jawa Barat ini merupakan lokalitas dari Sambasunda. Lokalitas budaya sendiri merupakan sebuah wilayah yang masyarakatnya secara mandiri dan arbitrer bertindak sebagai pelaku dan pendukung kebudayaan tertentu. Atau komunitas itu mengklaim sebagai warga yang mendiami wilayah tertentu, merasa sebagai pemilik—pendukung kebudayaan tertentu, dan bergerak dalam sebuah komunitas dengan sejumlah sentimen, emosi, harapan, dan pandangan hidup yang direpresentasikan melalui kesamaan bahasa dan perilaku dalam tata kehidupan sehari-hari.
Sambasunda merupakan salah satu kelompok musik dari Bandung yang sudah menjadi world music. Sedangkan world music sendiri merupakan salah satu dampak dari globalitas. Istilah globalisasi adalah transformasi yang signifikan. Tradisi budaya seperti musik tradisional mungkin hilang atau berubah menjadi tradisi gabungan. Globalisasi mampu menciptakan keadaan darurat dalam rangka melestarikan musik. Globalisasi mendorong fenomena World Music dengan izin rekaman musik di suatu tempat untuk mencapai pendengar di dunia Barat yang ingin mencari ide-ide baru dan suara. Sebagai contoh, banyak musisi barat yang telah mengadopsi inovasi yang berasal dari budaya lain.
Pada tahun 1990 Sambasunda didirikan dengan nama PRAWA, dan beranggotakan 10 orang personil. kelompok ini konsisten membawakan garapan-garapan musik kreasi baru dengan perangkat gamelan-gamelan tradisional. Tahun 1997 kelompok ini berganti nama menjadi CBMW. terasa adanya perbedaan dalam gaya garapannya; lebih eksploratif, serta lebih fleksibel dalam menafsirkan jargon-jargon musik tradisi (karawitan). Perubahan pada gaya-gaya garapan ini nampaknya sebagai pengaruh langsung dari eksperimentasi serta pengolahan media ungkapnya (instrumen). Tahun 1998, kelompok ini kembali berganti nama menjadi Sambasunda. Nama ini boleh jadi sangat terinspirasi oleh salah satu lagu yang menjadi andalan dalam album pertamanya Sambasunda. Tidak dapat dipungkiri kalau nama itu sangat berbau latin, dan memang ada benarnya pula kalau gaya latin tampak kental dalam musik-musik yang dibawakan Sambasunda. Samba yang nyunda, mungkin secara sederhananya dapat dikatakan demikian. Kata samba dalam pengertian Sunda merujuk pada anak-anak muda dalam masa pubertasnya yang penuh semangat. Selain itu ada juga seorang tokoh wayang bernama Samba, Pangeran Samba, putera dari Betara Kresna. Bukti-bukti diatas menegaskan bahwa kata 'samba' bukan hanya milik kebudayan latin.
Awal tahun 2000 kata Performing Arts digandengkan dengan Sambasunda untuk menegaskan bahwa kelompok ini tidak hanya menggarap bidang musik, tapi juga berbagi bidang seni pertunjukan lainnya seperti seni tari dan teater. Selain itu cakupan aktivitasnya diperluas. Tidak hanya sebagai penggarap seni, tetapi juga melakukan usaha-usaha ke arah edukasional serta konservasi seni tradisi, seperti kegiatan pelatihan, misi budaya, workshop serta kampanye pengenalan seni tradisi pada anak-anak sekolah dasar dan menengah.
Pada bulan Mei 2002, Sambasunda turut memotori sebuah kegiatan yang melibatkan para seniman Jawa Barat dalam acara "Sawengi di Tatar Sunda; Journey to the Land of Beauty". Acara yang digelar di Hotel Mulia Jakarta serta melibatkan sekitar 250 pendukung ini diresmikan langsung oleh Presiden Megawati Sukarnoputri.
Masih dibulan Mei, Sambasunda turut berpartisipasi dalam festival yang diadakan Pemda Riau bertema "Festival Gendang Serumpun Se-Asean" di Pekanbaru. Bulan Nopember Sambasunda diundang pemerintah China untuk berpartisipasi dalam 2002 Nanning International Art Festival of Folksongs di kota Nanning-Guangxi. Pada festival ini, Sambasunda membawakan lagu-lagu terdahulu serta beberapa aransemen baru dari lagu-lagu daerah Nusantara
Pada tanggal 15-23 Juli 2006, Sambasunda juga turut tampil dalam Rhythm Sticks International Drum and Percussion Festival yang berlangsung di Queen Elizabeth Hall di South Bank London. Samba Sunda juga beberapa kali tampil dalam berbagai acara dalam negeri dan luar negeri, yang di antaranya tercatat sebagai Best Performance pada Multi Cultural Of Asian Music Festival di Colombo Sri Lanka pada tahun 1999. Hal inilah yang membuat Sambasunda menjadi world music.

Sumber :
http://sawali.info/2010/12/11/lokalitas-dalam-sastra-indonesia/

Bahasa sebagai Representasi Budaya



Menurut Stuart Hall (1997), representasi adalah salah satu praktik penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut ‘pengalaman berbagi’. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang  ada disitu membagi pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam ‘bahasa’ yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama. 

Representasi berarti menggunakan bahasa untuk menyatakan sesuatu secara bermakna, atau mempresentasikan pada orang lain. Representasi dapat berwujud kata, gambar, sekuen, cerita, dan sebagainya yang ‘mewakili’ ide, emosi, fakta, dan sebagainya. Representasi bergantung pada tanda dan citra yang sudah ada dan dipahami secara kultural, dalam pembelajaran bahasa dan penandaan yang bermacam-macam atau sistem tekstual secara timbal balik. Hal ini melalui fungsi tanda ‘mewakili’ yang kita tahu dan mempelajari realitas (Hartley,2010:265)
Representasi bekerja melalui sistem representasi. Sistem representasi ini terdiri dari dua komponen penting, yakni konsep dalam pikiran dan bahasa. Kedua komponen ini saling berelasi. Konsep dari suatu hal yang kita miliki dalam pikiran kita, membuat kita mengetahui makna dari hal tersebut. Namun, makna tidak akan dapat dikomunikasikan tanpa bahasa. Sebagai contoh sederhana, kita mengenal konsep gelas dan mengetahui maknanya. Kita tidak akan dapat mengkomunikasikan makna dari gelas (misalnya, benda yang digunakan orang untuk minum) jika kita tidak dapat mengungkapkannya dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa memang sangat dibutuhkan untuk berkomunikasi. Komunikasi harus disertai dengan pemahaman makna sehingga terjadi alur komunikasi yang baik dan benar. Salah satu contoh bahasa sebagai representasi budaya dalam kehidupan sehari-hari yaitu iklan. Iklan bekerja atas dasar identifikasi karena iklan hanya bekerja ketika kita mengidentifikasi apa yang direpresentasikan oleh imaji-imaji, imaji-imaji itu mengkonstruksi kita,melalui hubungan kita dengan mereka.
Saat ini banyak masyarakat khususnya wanita yang dibanjiri oleh beragam iklan produk yang hadir melalui televisi, radio, maupun media lainnya. Berbagai macam produk saling berlomba dalam melakukan beragam trik  untuk menawarkan hal-hal yang diinginkan khalayak, khususnya kaum wanita. Itu membuat wanita atau calon konsumen yang melihat iklan menjadi tertarik untuk menggunakan produk tersebut, iklan produk tersebut dengan bentuk penawaran yang sedemikian rupa memberikan pencitraan tersendiri dalam membentuk  suatu  frame dalam masyarakat. Dalam hal ini pesan iklan yang efektif bagi para pengiklan dan kreator iklan melalui penyampaian sisi imagistik, yakni simbolisasi suatu produk yang merupakan suatu  cara untuk membantu khalayak dalam mengidentifikasi produk yang diinginkan dan dibutuhkan.
Simbolisasi produk dalam iklan merupakan sebuah bentuk penyampaian kembali budaya dan nilai-nilai yang ada. Misalnya iklan sabun mandi, penyampaian dalam iklan produk-produk tersebut mengindikasikan bahwa hanya mereka yang berkulit putihlah yang cantik dengan kebanyakan menggunakan representasi selebriti wanita indonesia. Ini tidak menyampaikan kembali budaya dan nilai-nilai yang ada dan diyakini oleh masyarakat dimana iklan tersebut berada. Dalam iklan ini terdapat ketimpangan sosial dimana Indonesia sendiri dilihat dari ras yang memiliki kulit tidak hitam dan tidak putih atau sawo matang, sehingga memberikan frame pada masyarakat bahwa citra wanita cantik  Indonesia adalah mereka yang memiliki kulit putih dan mulus. Apabila ini dikaitkan dengan budaya dalam televisi, teks, dan penonton, bahwa iklan sabun maupun produk-produk kecantikan lain mengandung unsur hegemonic yang dimenangkan, sehingga kaum wanita yang kulitnya tidak putih melihat iklan tersebut menjadi tertarik dan ingin membeli produk itu.
Selain iklan yang banyak digandrungi oleh kaum wanita, hal-hal yang dapat dijadikan contoh dalam “bahasa sebagai representasi budaya dalam kehidupan sehari-hari” yaitu film. Film merupakan salah satu alat representasi budaya yang sangat berpengaruh dalam penyampaian budaya. Mengapa film termasuk ke dalam alat representasi budaya sehari-hari? Karakteristik film sebagai media massa juga mampu membentuk semacam konsensus publik secara visual (visual public consensus), karena film selalu bertautan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dan selera publik. Dengan kata lain, film merangkum pluralitas nilai yang ada di dalam masyarakat. (Irawanto, 1999:14)
Film mampu menangkap gejala-gejala dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang kemudian disajikan kembali kepada masyarakat untuk mendapat apresiasi. Sebagai salah satu media komunikasi, film mengandung berbagai pesan yang ingin disampaikan oleh penciptanya. Pesan-pesan tersebut dibangun dari berbagai macam tanda yang terdapat dalam film. Kemudian pesan-pesan tersebut disampaikan melalui bahasa sehingga penikmat film dapat memahami maksud dari film tersebut.
Hubungan antara film dan ideologi kebudayaannya bersifat problematis. Karena film adalah produk dari struktur sosial, politik, budaya, tetapi sekaligus membentuk dan mempengaruhi struktur tersebut. Turner berpendapat bahwa selain film bekerja pada sistem-sistem makna kebudayaan – untuk memperbarui, memproduksi, atau me-reviewnya – ia juga diproduksi oleh sistem-sistem makna itu. Dengan demikian, posisi film sesungguhnya berada dalam tarik ulur dengan ideologi kebudayaan dimana film itu diproduksi.
Melalui film sebenarnya kita banyak belajar tentang budaya. Baik itu budaya masyarakat di mana kita hidup di dalamnya, atau bahkan budaya yang sama sekali asing buat kita. Dan kita menjadi mengetahui bahwa budaya masyarakat ini begini dan budaya masyarakat itu begitu, terutama melalui film.
Film juga dilihat sebagai media sosialisasi dan media publikasi budaya yang ampuh dan persuasif. Buktinya adalah ajang-ajang festival film semacam Jiffest (Jakarta International Film Festival), Festival Film Perancis, Pekan Film Eropa, dan sejenisnya merupakan ajang tahunan yang rutin di selenggarakan di Indonesia.
Oleh karena itu, Film dapat pula mempengaruhi budaya dan dapat juga dijadikan representasi. Dalam kehidupan sehari-hari pun film sering diputar, terutama oleh para generasi muda. Yang belakangan sedang trend itu adalah K-pop, terutama K-Drama nya. Dengan adanya budaya luar yang masuk ke Indonesia melalui film, film dapat dijadikan media untuk menyalurkan budaya dari negara asalnya tersebut.
Ketika kita sedang melihat film luar, tentu saja kita mengalami kesulitan akan bahasa dari asal film tersebut. Oleh karena itu, diperlukan adanya subtittle untuk kita dapat memahami bahasanya. Dengan begitu, bahasa sangat penting dalam dunia perfilman.
Dengan melihat 2 contoh diatas, Iklan dan juga film merupakan hal-hal yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Dan kedua hal tersebut merupakan alat representasi budaya yang didalamnya sangat membutuhkan bahasa untuk kita dapat memahami maknanya.

Sumber: