Minggu, 20 Desember 2015

Samba Sunda



Sambasunda adalah kelompok musik tradisi, kreasi, dan kontemporer yang garapan-garapannya mengakar pada seni tradisi Indonesia. Aktivitasnya mencakup produksi rekaman, pelatihan, pertunjukan serta konservasi musik tradisi. Ruang lingkup aktivitas Sambasunda lebih banyak menampilkan karya musikal. Namun tidak hanya itu, Sambasunda sering pula melibatkan garapan-garapan seni pertunjukan lain, seperti tari dan teater.
Sambasunda didirikan oleh Ismet Ruchimat, dkk. Pada tahun 1990 di Bandung. Bandung yang merupakan menjadi pusat kebudayaan Jawa Barat ini merupakan lokalitas dari Sambasunda. Lokalitas budaya sendiri merupakan sebuah wilayah yang masyarakatnya secara mandiri dan arbitrer bertindak sebagai pelaku dan pendukung kebudayaan tertentu. Atau komunitas itu mengklaim sebagai warga yang mendiami wilayah tertentu, merasa sebagai pemilik—pendukung kebudayaan tertentu, dan bergerak dalam sebuah komunitas dengan sejumlah sentimen, emosi, harapan, dan pandangan hidup yang direpresentasikan melalui kesamaan bahasa dan perilaku dalam tata kehidupan sehari-hari.
Sambasunda merupakan salah satu kelompok musik dari Bandung yang sudah menjadi world music. Sedangkan world music sendiri merupakan salah satu dampak dari globalitas. Istilah globalisasi adalah transformasi yang signifikan. Tradisi budaya seperti musik tradisional mungkin hilang atau berubah menjadi tradisi gabungan. Globalisasi mampu menciptakan keadaan darurat dalam rangka melestarikan musik. Globalisasi mendorong fenomena World Music dengan izin rekaman musik di suatu tempat untuk mencapai pendengar di dunia Barat yang ingin mencari ide-ide baru dan suara. Sebagai contoh, banyak musisi barat yang telah mengadopsi inovasi yang berasal dari budaya lain.
Pada tahun 1990 Sambasunda didirikan dengan nama PRAWA, dan beranggotakan 10 orang personil. kelompok ini konsisten membawakan garapan-garapan musik kreasi baru dengan perangkat gamelan-gamelan tradisional. Tahun 1997 kelompok ini berganti nama menjadi CBMW. terasa adanya perbedaan dalam gaya garapannya; lebih eksploratif, serta lebih fleksibel dalam menafsirkan jargon-jargon musik tradisi (karawitan). Perubahan pada gaya-gaya garapan ini nampaknya sebagai pengaruh langsung dari eksperimentasi serta pengolahan media ungkapnya (instrumen). Tahun 1998, kelompok ini kembali berganti nama menjadi Sambasunda. Nama ini boleh jadi sangat terinspirasi oleh salah satu lagu yang menjadi andalan dalam album pertamanya Sambasunda. Tidak dapat dipungkiri kalau nama itu sangat berbau latin, dan memang ada benarnya pula kalau gaya latin tampak kental dalam musik-musik yang dibawakan Sambasunda. Samba yang nyunda, mungkin secara sederhananya dapat dikatakan demikian. Kata samba dalam pengertian Sunda merujuk pada anak-anak muda dalam masa pubertasnya yang penuh semangat. Selain itu ada juga seorang tokoh wayang bernama Samba, Pangeran Samba, putera dari Betara Kresna. Bukti-bukti diatas menegaskan bahwa kata 'samba' bukan hanya milik kebudayan latin.
Awal tahun 2000 kata Performing Arts digandengkan dengan Sambasunda untuk menegaskan bahwa kelompok ini tidak hanya menggarap bidang musik, tapi juga berbagi bidang seni pertunjukan lainnya seperti seni tari dan teater. Selain itu cakupan aktivitasnya diperluas. Tidak hanya sebagai penggarap seni, tetapi juga melakukan usaha-usaha ke arah edukasional serta konservasi seni tradisi, seperti kegiatan pelatihan, misi budaya, workshop serta kampanye pengenalan seni tradisi pada anak-anak sekolah dasar dan menengah.
Pada bulan Mei 2002, Sambasunda turut memotori sebuah kegiatan yang melibatkan para seniman Jawa Barat dalam acara "Sawengi di Tatar Sunda; Journey to the Land of Beauty". Acara yang digelar di Hotel Mulia Jakarta serta melibatkan sekitar 250 pendukung ini diresmikan langsung oleh Presiden Megawati Sukarnoputri.
Masih dibulan Mei, Sambasunda turut berpartisipasi dalam festival yang diadakan Pemda Riau bertema "Festival Gendang Serumpun Se-Asean" di Pekanbaru. Bulan Nopember Sambasunda diundang pemerintah China untuk berpartisipasi dalam 2002 Nanning International Art Festival of Folksongs di kota Nanning-Guangxi. Pada festival ini, Sambasunda membawakan lagu-lagu terdahulu serta beberapa aransemen baru dari lagu-lagu daerah Nusantara
Pada tanggal 15-23 Juli 2006, Sambasunda juga turut tampil dalam Rhythm Sticks International Drum and Percussion Festival yang berlangsung di Queen Elizabeth Hall di South Bank London. Samba Sunda juga beberapa kali tampil dalam berbagai acara dalam negeri dan luar negeri, yang di antaranya tercatat sebagai Best Performance pada Multi Cultural Of Asian Music Festival di Colombo Sri Lanka pada tahun 1999. Hal inilah yang membuat Sambasunda menjadi world music.

Sumber :
http://sawali.info/2010/12/11/lokalitas-dalam-sastra-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar